Mungkin tak pernah terbayang di
benak kita, bahwa di Inggris pun ada gelandangan. Bagaimana tidak? Negara ini
pernah menjadi negeri termakmur di dunia, khususnya di abad XVII dan XIX. Di
abad XX dan XI, meskipun posisi negara teradidaya digeser Amerika Serikat,
tetap saja negeri ini merupakan salah satu negara terkaya di dunia. Disebutkan
dalam Ensiklopedia Bebas Wikipedia, bahwa Inggris adalah negara dengan ekonomi
terkuat ke-6 di dunia, dan terkuat ke-3 di Eropa setelah Jerman dan perancis.
Inggris, adalah negara bagian
terbesar dari negara-negara bagian yang membentuk Persatuan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara (United Kingdom of Great Britain
and Northern Ireland). Negara-negara lainnya adalah Skotlandia,
Wales dan Irlandia Utara. Seringkali nama Inggris dipakai
untuk menyebut keseluruhan negara ini.
Inggris merupakan salah satu negara yang menjadi
percontohan dalam masalah pemberian jaminan sosial bagi warga miskin. Di Inggris
terdapat jaminan sosial yang berarti jaminan pendapatan (income security) seperti tunjangan untuk pension (semua warga), dan
tunjangan anak. Jaminan sosial itu meliputi apa yang disebut “kebijakan sosial”
atau “pelayanan sosial” yang mencakup berbagai bentuk: jaminan pendapatan, perawatan
medis, pelayanan sosial personal, kebijakan-kebijakan perumahan, pendidikan dan
pekerjaan.
Sistem perlindungan sosial berjalan melalui
berbagai skema. Inggris, sebagaimana beberapa negara maju lainnya, menganut
prinsip keadilan distributif. Mereka yang berada di dalam usia produktif dan
berpenghasilan lebih besar, harus membayar lebih besar ketimbang mereka yang
tidak bekerja dan tidak berada dalam usia produktif. Sistem pajak di negara
maju juga telah berkembang dengan baik meliputi pencatatan dan pelaporan yang
transparan. Jangan harap ada petugas pajak yang kongkalikong dengan si wajib
pajak seperti kasus Gayus di Indonesia, ya?!
Nah, dari pajak yang jumlahnya sangat besar itu,
negara mampu membiayai berbagai program kesehatan, program perlindungan anak,
program jaminan kesejahteraan bagi warga cacat, atau tunjangan pendapatan
sampai warga negara mendapatkan penghasilan. Orang nganggur di Inggris dibayar,
euy! Tapi, tentu saja banyak warga Inggris yang ogah jadi pengangguran. Karena,
dengan bekerja, mereka akan mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar,
serta status sosial yang mentereng. Apalagi, di Inggris, pengangguran adalah
sesuatu yang terjadi karena keterpaksaan, misalnya karena cacat, sakit menahun,
dan sebagainya.
Ya, kemampuan negara yang beribukota di London ini
dalam memenej pendapatan yang sangat besar dari pajak, memang diakui jempol.
Pantas saja mereka mampu memberikan jaminan sosial yang cukup memadai. Menurut
Maimon Herawati M.Litt, koresponden kami di Inggris, berada di Inggris memang
sangat menyenangkan. Bahkan ketika beliau melahirkan di Inggris, seluruh biaya
persalinan digratiskan, padahal ia warga negara asing di sana.
Badai Krisis
Akan tetapi, badai krisis ekonomi yang menimpa
benua Eropa benar-benar dahsyat. Dalam situs republika.com disebutkan, bahwa dalam sembilan tahun terakhir,
jumlah tunawisma di Inggris mengalami peningkatan signifikan, yakni mencapai 14
persen pada 2011. Ironisnya, jumlah persentase tunawisma meningkat 18 persen
hanya dalam selawang waktu 4 bulan, yakni antara Oktober hingga Desember 2011,
dibandingkan triwulan yang sama pada 2010 lalu. Kini, sebanyak 69.460 gelandangan
anak-anak tinggal di rumah khusus bagi tunawisma di Inggris.
Kondisi parah ini diyakini karena merosotnya
keuangan negara, yang membuat angka pengangguran meningkat, dan beban negara
untuk membayar jaminan sosial itu menjadi semakin besar. Ada wacana bahwa
alokasi dana untuk jaminan sosial akan dikurangi. Ini tentu akan menjadi sebuah
ancaman serius bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Lepas dari badai krisis, secara umum
problematika yang menimpa kalangan rawan sosial-ekonomi di negeri itu tentunya
tak separah di negeri kita. Ini menjadi sebuah pelajaran penting bagi pemegang
kekuasaan di negeri kita. Dengan potensi alam yang berlimpah, semestinya
kemiskinan di negeri ini bisa segera diatasi. Apalagi, para pendiri negeri ini
telah berjanji, “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.”
Semoga janji tidak tinggal janji. [AFRA, dari berbagai sumber].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar